Bandung - Adik A. Soedarsono menjabat sebagai Direktur
Utama PT Pindad (Persero) sejak tahun 2007. Di awal karirnya sebagai
Dirut, pria lulusan S3 Engineering Management University of Missouri
Amerika Serikat (AS) ini memprioritaskan membangun kepercayaan para
pelanggan Pindad dengan menyelesaikan order-order yang telah diterima.
Saat
itu, Pindad sedang mengembangkan Panser Anoa 6X6 pesanan Mantan Wakil
Presiden, Jusuf Kalla (JK) untuk TNI. Setelah proses itu dilalui,
akhirnya timbul kepercayaan terhadap keandalan pelayanan dan produk dari
Pindad.
Kemudian berlanjut pada order senjata, amunisi dan
kendaraan tempur yang terus melonjak. Apalagi dengan munculnya kebijakan
Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) melalui Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 42 Tahun 2010 tentang prioritas pemenuhan industri
pertahanan yang harus dipenuhi dari dalam negeri terlebih dahulu.
Setelah
menerima banyak order, sekarang dirinya bersama jajaran manajemen
tengah melakukan perbaikan tata kelola dan revitalisasi pabrik.
“Saya
baru 2 tahun mau beresin pabrik. Bangun bangunan baru, mesin baru.
Bagaimana mengendalikan material lebih tepat. Itu kan butuh waktu. Ini
sedang running,” tutur Andik kepada detikFinance di Kantor Pusat Pindad, Jalan Gatot Subroto, Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/4/2013).
Langkah
ini dilakukan, agar Pindad, setelah ia berhenti menjadi Dirut, siap
menjadi pemasok industri senjata dan kendaraan militer kelas dunia.
“Nanti
saya akan bicara bagaimana mensuplai TNI AD, AD Singapura, AD Amerika.
Itu sudah nggak mikiran bengkel. Bengkel apapun, itu pun siap. Sekarang
belum karena masih ngelap-ngelap pabrik,” tambahnya.
Secara
potensi, Pindad mampu membuat berbagai produk unggulan untuk keperluan
militer dan non militer. Namun, potensi tersebut belum dipergunakan
secara optimal. Adik juga menambahkan, pihaknya sekarang mengalami gap
antara karyawan usia muda dan tua. Hal ini terjadi, pasca krisis ekonomi
1998 yang membuat penerimaan karyawan terhenti.
“Ini baru 3
tahun terakhir saya rekruit. Itu ada 11 tahun gap kekosongan. Pasca masa
sulit abis krismon tahun 1998. Kita nggak rekrut sampai 2009. Itu baru
rekruit,” tegasnya.
Dirut yang berasal dari PNS BPPT ini mengaku,
mulai tahun ini, memberlakukan pembedaan sistem gaji dan bonus. Hal ini
dilakukan untuk mendorong sekitar 4.000 karyawan Pindad agar bekerja
lebih tekun dan inovatif.
“Kayak membedakan gaji, baru dimulai pada 2013. Dulu pukul rata saja,” terangnya.
Di
2013 ini, Pindad menargetkan bisa memperoleh order atau penjualan
hingga mencapai Rp 2 triliun. Sekitar Rp 1,5 triliun, diroyeksikan
disumbang dari TNI. Meskipun order yang diterima Pindad terbilang
tinggi, potensi yang dimiliki Pindad jauh lebih besar.
Tim dari Pindad pun siap untuk diajak diskusi untuk pengembangan dan pemenuhan peralatan militer terbaru yang diperlukan TNI.
“Dengan Pindad melayani TNI saja bisa makmur. Kalau Polri kecil belanjanya,” tegasnya.
0 comments:
Post a Comment